Ahmadiyya Priangan Timur

.

Sunday, 1 March 2015

JEMAAT DAN AKHLAK MULIA

”Keadaanku adalah, apabila seseorang mengalami sakit dan aku sedang tekun shalat, lalu kedengaran suaranya di telingaku, maka aku akan menghentikan shalat lalu memberi bantuan kepadanya, jika memang dengan begitu dapat membantunya. Dan sejauh yang memungkinkan aku akan berbagi rasa menanggung penderitaannya.

Adalah bertentangan dengan akhlak apabila tidak memberi bantuan kepada saudara yang berada dalam musibah dan kesusahan. Jika sedikit pun tidak ada yang dapat kalian lakukan untuknya maka paling tidak doakanlah. Jangankan terhadap sesama kita, aku katakan, perlihatkan jugalah akhlak mulia terhadap orang-orang ghair dan orang-orang Hindu, dan terapkanlah solidaritas (kepedulian) terhadap mereka. Sama sekali kalian jangan memiliki sifat membatu (tidak peka).

Suatu kali aku sedang jalan-jalan ke luar, bersamaku ada seorang patwari (akuntan pengawas tanah), Abdul Karim, dia agak di depan dan aku di belakang. Di perjalanan bertemu seorang perempuan tua berusaia 70 atau 75 tahun. Dia memohon kepada patwari. Di perjalanan bertemu seorang perempuan tua berusia 70 atau 75 tahun. Dia memohon kepada patwari itu untuk membacakan selembar surat untuknya. Namun patwari itu membentak dan mengetepikannya.

Hatiku terluka [melihatnya], lalu perempuan tua itu memberikan surat tersebut kepadaku. Aku ambil dan aku bacakan untuknya. Aku jelaskan dengan baik kepada perempuan tua itu. Melihat hal itu patwari tersebut merasa malu sekali, sebab dia terpaksa ikut berhenti, dan juga luput dari pahala.” (Malfuzhat, jld. I, hlm. 462-463).

0 komentar:

Post a Comment