”Saya kembali memaparkan kondisipara sahabat sebegai contoh, yakni setelah beriman kepada Rasulullah saw. mereka secara amalan telah menampakkan bahwa Allah Ta’ala -- yang merupakan Wujud Yang Maha Gaib dan yang terselubung serta tersembunyi bagi pandangan orang-orang yang menyembah kebatilan -- telah mereka saksikan melalui mata mereka sendiri.
Ya, melalui mata, sebab jika tidak demikian, cobalah beritahukan apa yang telah membuat mereka tidak peduli sedikit pun? Yakni, kaum telah mereka tinggalkan, negeri mereka tinggalkan, harta kekayaan mereka tinggalkan, hubungan dengan kaum kerabat telah terputus. Yang ada hanyalah sikap mereka yang bertumpu sepenuhnya kepada Allah semata. Dan dengan bertumpu sepenuhnya kepada satu Tuhan, mereka telah memperlihatkan hal-hal sedemikian rupa, sehingga jika lembaran-lembaran sejarah ditelaah maka manusia akan terkejut dan terheran-heran dibuatnya.
Yang ada saat itu ialah iman, dan hanya iman. Selain itu tidak ada sedikit pun. Jika tidak demikian, yang ada di hadapan mereka ialah rencana-rencana dan tadbir-tadbir serta upaya gigih dan kerja keras orang-orang yang gila pada dunia, dan tentu dengan demikian tidak bisa berhasil.
Orang-orang dunia itu memiliki jumlah yang besar, memiliki kelompok yang besar, memiliki harta yang banyak dan memiliki segala sesuatunya. Namun orang-orang dunia itu tidak memiliki iman, dan hanya karena tidak memiliki iman itulah mereka telah binasa, dan mereka tidak dapat menyaksikan keberhasilan.
Namun, para sahabah telah memenangkan semuanya melalui kekuatan iman. Ketika mereka mendengar suara (seruan) seorang [penyeru kepada keimanan], yaitu seseorang yang walaupun dibesarkan dalam kondisi ummiy (butahuruf) ia dikenal sangat jujur, taat menjaga amanat, dan merupakan seorang yang salih. Ketika orang itu mengatakan bahwa ia datang dari Allah Taala, maka begitu mendengarnya para sahabah ini telah menyertainya, dan mereka mengikut di belakangnya bagaikan orang yang tergila-gila.
Saya kembali mengatakan, hanya ada satu hal yang telah membuat kondisi mereka demikian, yaitu iman. Ingatlah, beriman kepada Allah merupakan suatu yang sangat besar.” (Malfuzat, II, hlm. 154).
Ya, melalui mata, sebab jika tidak demikian, cobalah beritahukan apa yang telah membuat mereka tidak peduli sedikit pun? Yakni, kaum telah mereka tinggalkan, negeri mereka tinggalkan, harta kekayaan mereka tinggalkan, hubungan dengan kaum kerabat telah terputus. Yang ada hanyalah sikap mereka yang bertumpu sepenuhnya kepada Allah semata. Dan dengan bertumpu sepenuhnya kepada satu Tuhan, mereka telah memperlihatkan hal-hal sedemikian rupa, sehingga jika lembaran-lembaran sejarah ditelaah maka manusia akan terkejut dan terheran-heran dibuatnya.
Yang ada saat itu ialah iman, dan hanya iman. Selain itu tidak ada sedikit pun. Jika tidak demikian, yang ada di hadapan mereka ialah rencana-rencana dan tadbir-tadbir serta upaya gigih dan kerja keras orang-orang yang gila pada dunia, dan tentu dengan demikian tidak bisa berhasil.
Orang-orang dunia itu memiliki jumlah yang besar, memiliki kelompok yang besar, memiliki harta yang banyak dan memiliki segala sesuatunya. Namun orang-orang dunia itu tidak memiliki iman, dan hanya karena tidak memiliki iman itulah mereka telah binasa, dan mereka tidak dapat menyaksikan keberhasilan.
Namun, para sahabah telah memenangkan semuanya melalui kekuatan iman. Ketika mereka mendengar suara (seruan) seorang [penyeru kepada keimanan], yaitu seseorang yang walaupun dibesarkan dalam kondisi ummiy (butahuruf) ia dikenal sangat jujur, taat menjaga amanat, dan merupakan seorang yang salih. Ketika orang itu mengatakan bahwa ia datang dari Allah Taala, maka begitu mendengarnya para sahabah ini telah menyertainya, dan mereka mengikut di belakangnya bagaikan orang yang tergila-gila.
Saya kembali mengatakan, hanya ada satu hal yang telah membuat kondisi mereka demikian, yaitu iman. Ingatlah, beriman kepada Allah merupakan suatu yang sangat besar.” (Malfuzat, II, hlm. 154).