Ahmadiyya Priangan Timur

.

Saturday 10 January 2015

Khutbah Jumat: RESOLUSI TAHUN BARU 2015 BAGI PARA AHMADI

Hazrat Mirza Masroor Ahmad
Ringkasan Khutbah Hudhur aba, Baitul Futuh, 2 Januari 2015
Hari ini adalah Jumat pertama di tahun 2015. Ucapan selamat tahun baru diterima Hadhrat Khalifatul Masih aba dari berbagai kalangan baik secara langsung maupun via fax. Hudhur sendiri juga mengucapkan selamat tahun baru untuk kita semua.
Ucapan selamat tahun baru akan sangat berarti jika kita mengintrospeksi diri kita dengan melihat seberapa jauh kita telah memenuhi kewajiban kita sebagai seorang Ahmadi di tahun lalu serta seberapa jauh kita akan berusaha untuk memenuhinya di tahun baru ini. Sejak jumat ini dan seterusnya kedepan, hendaklah membuat resolusi yang akan menciptakan kewaspadaan dan perjuangan di tahun baru ini. Jelaslah bahwa segala tugas yang diharapkan terlaksana tersebut hanya dapat dipenuhi melalui jalan ketakwaan dan keshalehan. Namun timbul pertanyaan, bagaimana hendaknya tingkat ketakwaan dan keshalehan kita! Hendaklah jelas bagi setiap orang yang  bergabung ke dalam Ahmadiyah atau yang merupakan seorang Ahmadi bahwa Masih Mau’ud as menetapkan tingkat demikian bagi kita. Dan sekarang dengan segala sumber informasi dan teknologi yang ada, setiap Ahmadi dapat mengambil bai’at sekali setahun di atas tangan Khalifa-e-Waqf sebagai usaha yang terbaik untuk mencapai tingkatan tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Masih Mau’ud as.
Sungguh, tingkatan yang diinginkan bagi para Ahmadi tersebut telah dijelaskan pada syarat-syarat bai’at. Meskipun syarat-syarat bai’at ada 10, namun secara umum syarat-syarat tersebut mengandung lebih dari 30 tanggung jawab bagi para Ahmadi. Jika kebahagiaan sejati ingin dirayakan pada awal tahun baru, maka hendaknya semua tanggung jawab ini senantiasa diperhatikan. Tidaklah cukup hanya dengan merasa gembira karena telah mengakui kewafatan nabi isa as atau telah menerima kedatangan seorang Yang Dijanjikan. Memang itu merupakan langkah awal namun Masih Mau’ud as mengharapkan agar kita memiliki pemahaman yang mendalam tentang ketakwaan dan keshalehan serta senantiasa berusaha untuk mengamalkannya serta berusaha untuk menghindari dosa seperti seseorang menghindari binatang yang haus darah. Kemudian kita sendiri akan dapat menciptakan perubahan di dunia dan membawa dunia semakin dekat dengan Tuhan. Rincian dari masalah ini perlu disampaikan serta diingatkan kembali karena mengingatkan kembali itu merupakan hal yang sangat penting.
Syarat pertama yang hendaknya kita penuhi dalam syarat bai’at adalah senantiasa menjauhi syirik (menyekutukan Allah dengan yang lain). Ketika seorang mukmin sejati percaya kepada Tuhan dan juga menerima Imam Zaman karena keyakinan ini, maka dia tidak akan mempunyai hal sekecil apapun yang berkaitan dengan syirik. Syirik yang disoroti oleh Masih Mau’ud as bukanlah penyembahan berhala secara terang-terangan, melainkan syirik halus yang dapat melemakan keimanan seorang mukmin. Masih Mau’ud as bersabda bahwa Ketauhidan ilahi bukan berarti secara lisan menyatakan,  laa ilaaha illalla (tiada yang patut disembah selain Allah) sementara terdapat ribuan berhala di dalam hati. Seseorang yang menggantungkan nasibnya pada tugas, rencana atau usaha yang harusnya hanya digantungkan pada Allah Ta’ala atau menganggap dirinya lebih penting yang seharusnya hanya diberikan pada Tuhan merupakan contoh seorang penyembah berhala di mata Allah Ta’ala. Berhala itu tidak hanya benda-benda yang terbuat dari emas, perak, tembaga atau batu yang kemudian dijadikan tempat bergantung. Pada kenyataannya, setiap hal, kata, amalan yang dianggap jauh lebih berarti yang seharusnya hanya diberikan pada Allah merupakan sebuah berhala pada pandangan-Nya.
Kita perlu mengintrospeksi diri kita pada hari ini apakah kita menganggap hal-hal materi adalah segalanya pada tahun lalu ataukah kita hanya menggunakannya untuk menyusun rencana, beramal serta mencari segala kebaikan dan karunia Tuhan. Introsperksi yang dilakukan dengan pikiran yang adil akan memberikan kita jawabannya.
Kemudian, Masih Mau’ud as mengambil bai’at kita agar senantiasa menjauhi kedustaan. Orang bijak manakah yang akan mengatakan bahwa kedustaan merupakan kebaikan atau mereka ingin berkata dusta! Masih Mau’ud as bersabda bahwa tidak ada seorang pun yang akan berkata bohong jika motif untuk mementingkan diri sendiri tidak memacu seseorang untuk berbuat demikian. Jadi, motif serta keinginan untuk mementingkan diri sendiri mendorong seseorang untuk berkata bohong. Namun, suatu akhlak yang luhur akan menunjukan bahwa meskipun jiwa, harta benda dan kehormatan seseorang dipertaruhkan, namun dia tidak akan berkata bohong. Perbedaan antara seorang yang jujur dengan pembohong menjadi jelas selama adanya ujian dan cobaan. Seorang yang jujur senantiasa akan berkata benar bahkan ketika keinginan pribadinya dipertaruhkan.
Saat ini, orang-orang yang mencari suaka di sini dan di Eropa terlibat dalam kedustaan atas perintah pengacara dengan mengesampingkan peringatan yang mengenainya telah berulang kali disampaikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as.  Mereka membuat-buat cerita, namun banyak kasus tetap saja ditolak. Disini dan di seluruh dunia, sebuah tim pusat pengacara telah dibentuk yang membantu para pencari suaka, memberikan mereka arahan dan menawarkan jasa konsultasi. Pemimpin mereka sering melaporkan bahwa kasus suaka mengenai hal ini dan itu telah ditolak karena didasarkan pada kedustaan. Kebohongan disampaikan demi meraih keuntungan duniawi tanpa berfikir bahwa Tuhan telah menyebutkan Syirik dan kedustaan secara bersamaan. Kemudian ada beberapa orang yang menggunakan kedustaan untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah. Masih Mau’ud as bersabda bahwa kedustaan adalah seperti berhala dan seseorang yang bergantung padanya berarti meninggalkan ketergantungannya pada Tuhan.
Hadhrat Masih Mau’ud as juga mengambil bai’at agar kita senantiasa menjauhi zina. Beliau as bersabda janganlah mendekati zina, yaitu jauhilah perbuatan-perbuatan yang akan memicu pikiran ke arah zina serta janganlah mengambil jalan yang beresiko menimbulkan dosa-dosa ini. Akhir-akhir ini, banyak film-film tidak senonoh dipertontonkan di TV dan internet atau juga dapat diakses melaluinya. Ini merupakan zina mata dan pikiran serta sumber dari perilaku buruk. Mereka juga menyebabkan keretakan rumah tangga. Para wanita dan gadis menulis mengenai suami mereka yang menonton film-film tak senonoh itu di internet sepanjang hari dan beberapa suami juga menulis tentang istri mereka. Masalah ini akhirnya berujung pada perceraian. Film-film ini juga menggiring orang-orang untuk berperilaku lebih buruk daripada hewan. Warga Ahmadi umumnya terbebas dari hal ini terlepas dari adanya kasus yang tak biasanya. Namun, jika tidak dilakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk memelihara diri sendiri ketika hidup di lingkungan seperti ini, maka tidak akan ada pemberian jaminan kesucian. Perlu agar mengintrospeksi diri dengan perhatian penuh mengenai hal ini.
Janji selanjutnya yang diinginkan oleh Masih Mau’ud as adalah agar senantiasa menjauhi pandangan birahi. Al-Quran memerintahkan untuk ghad-e-bashar yakni menurunkan pandangan. Baginda Nabi Muhammad saw bersabda, "حرِّمت النار على عين غضَّت عن محارم الله" bahwa Neraka itu terlarang bagi mata yang senantiasa menjauhkan pandangan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Ta’ala.
Masih Mau’ud as bersabda: “Kita telah diperintahkan agar tidak melihat wanita melampaui batas yang dilarang serta melihat keindahan mereka. Beliau bersabda bahwa pandangan yang tidak terkendali selalu tersandung pada akhirnya. Tuhan telah mengirimkan ajaran yang luar biasa karena Tuhan menginginkan agar mata, hati dan niat kita senantiasa bersih. Islam memberikan batasan-batasan ini bagi laki-laki dan perempuan. Wanita diperintahkan untuk memakai pardah, sedangkan laki-laki diperintakhan untuk menerapkan ghad-e-bashar (menundukan pandangan). Hendaknya kita mengintrospeksi diri, sudah sejauh mana kita mengamalkan hal ini.
Hadhrat Masih Mau’ud as juga mengambil bai’at agar kita akan senantiasa menjauhi segala macam perbuatan fasiq dan kejahatan. Sangat buruk sekali jika tersesat dari apa yang Tuhan perintahkan. Baginda Nabi saw suatu waktu mengkategorikan bahasa-bahasa caci-makian sebagai kejahatan. Masih Mau’ud as suatu kali bersabda bahwa jelas terbukti dari Al-Quran bahwa orang yang melakukan kejahatan hendaknya dihukum di hadapan orang kafir. Ketika umat Islam terdahulu telah melampaui batas melakukan kejahatan dan tidak menghargai serta mencela perintah Allah dan fana dalam kemewahan dunia, maka Allah Ta’ala juga akan menghancurkan mereka melalui orang-orang seperti Halagu dan Genghis Khan. Situasi tersebut sama seperti apa yang terjadi di kalangan umat Islam saat ini.
Janji selanjutnya yang diinginkan dari bai’at adalah agar seseorang akan menjauhi perilaku aniaya. Perilaku aniaya sungguh merupakan dosa besar. Baginda Nabi saw suatu kali menjelaskan sebuah dosa besar: Jika seseorang merampas harta orang lain meskipun hanya sejengkal tanah dari saudaranya, maka keseluruhan tanah di bawahnya bahkan kerikil-kerikil dari tanah yang dirampas tersebut akan menjadi batu penghalang yang besar yang diletakan di lehernya pada Hari Pembalasan. Sungguh kita akan sangat merasa prihatin ketika orang-orang mau merampas milik orang lain dengan cara yang salah demi keinginan pribadinya belaka. Ini merupakan hal yang perlu kita renungkan.
Hadhrat Masih Mau’ud as juga mengambil bai’at bahwa kita akan menjauhi الخيانة khianat. Standar bagaimana kita mengamalkannya telah diatur oleh Baginda Nabi Muhammad saw: "لا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ" ‘Laa takhun man khaanaka’ – “Janganlah berlaku khianat dengan seseorang yang telah mengkhianati kalian!” Oleh Karena itu, tidak ada alasan yang dapat diterima untuk berlaku khianat. Jika ada seorang Ahmadi yang merampas kuasa kalian, maka konsultasikanlah dengan Dewan Qadha dan jika seseorang diluar jemaat merampas kuasa kalian, maka ambillah tindakan yang sah.
Janji selanjutnya yang diambil dari kita adalah bahwa kita akan menjauhi huru-hara dan kekacauan. Walaupun tidak diragukan lagi terjadi huru-hara dan kekacauan terhadap kita, namun ajaran Masih Mau’ud bahkan terhadap dengan orang lain yang sedang menindas kita adalah: Jangalah kalian berselisih dan berhadapan dengan mereka yang meninggalkan kalian dan memutuskan hubungan dengan kalian karena kalian telah bergabung ke dalam Jemaat yang didirikan oleh Tuhan ini. Doakanlah mereka secara khusus. Kalian melihat, saya telah diberikan kuasa untuk berulang kali memerintahkan kalian agar selalu menjauhi tempat dimana ada kekacauan dan keributan.  Bersabarlah ketika kalian dicaci maki dan balaslah setiap keburukan dengan kebaikan. Jauh lebih baik jika kalian pergi dari tempat dimana seseorang cenderung untuk menciptakan kekacauan dan huru-hara serta balaslah dengan lemah lembut. Saya sama sekali tidak suka ketika mendengar bahwa seseorang dari jemaat telah bertengkar dengan yang lainnya. Allah Ta’ala sangat tidak ingin bahwa jemaat yang hendaknya menjadi teladan bagi dunia ini mengambil jalan yang bukan merupakan jalan ketakwaan.
Jika nasehat Masih Mau’ud ini diperhatikan dalam hal bagaimana cara memperlakukan istri, anak-anak dan masyarakat umum, maka kita tidak akan terlibat dalam kasus-kasus yang menjadi sorotan atau akan terjadi penurunan frekuensi terjadinya kasus-kasus tersebut secara luar biasa.
Masih Mau’ud juga mengambil bai’at agar kita senantiasa menjauhi pemberontakan. Jadilah orang yang tidak akan melawan pengurus jemaat atau terhadap pemerintah yang sedang berjalan! Terlepas dari berbagai permasalahan dimana pemerintah ikut mencampuri urusan agama seseorang, maka bukanlah contoh yang Islami bersikap memberontak terhadap pemerintah serta menghakimi seseorang dengan tangan sendiri atau dengan menghasut orang lain.
Kita juga diperintahkan agar tidak dikalahkan oleh hawa nafsu. Ada banyak celah sehingga seseorang dapat dikalahkan oleh nafsu melalui TV dan internet. Apalagi, banyak pertikaian dan konflik berasal dari hal ini. Merupakan tugas seorang Ahmadi untuk menghindari hal sekecil apapun yang dapat mendorong atau membuatnya dikalahkan oleh hawa nafsu.
Masih Mau’ud as bersabda bahwa setelah masuk Ahmadiyah, berjanjilah untuk mendirikan shalat 5 waktu dengan segala syaratnya. Shalat merupakan kewajiban bagi seorang anak yang berusia 10 tahun dan orang tua hendaknya mengawasi mereka. Hal ini hanya akan dapat terpenuhi ketika orang tua juga mendirikan shalat dengan penuh perhatian. Banyak keluhan yang diterima mengenai hal ini; beberapa anak berkata bahwa orang tua mereka tidak mendirikan shalat atau para istri berkata bahwa para suami mereka tidak mendirikan shalat. Bagi kaum lelaki, mendirikan shalat dengan segala syaratnya berarti pergi ke mesjid 5 kali sehari jika tidak sedang sakit atau karena alasan tertentu. Jika hal ini diamalkan, maka mesjid-mesjid kita akan penuh. Jika para pengurus mulai mengamalkan hal ini, maka akan tercipta perbedaan yang sangat besar. Untuk itu diperlukan usaha dan Jemaat serta badan-badan lainnya juga perlu memperhatikan hal ini! Masih Mau’ud as bersabda jika seorang laki-laki ingin hidup tanpa mendirikan shalat, maka apa yang akan dia raih tidak lebih dari hewan.
Kita juga berjanji agar sekuat tenaga berusaha untuk melaksanakan shalat tahajud. Tahajjud hendaknya dilaksanakan karena itu merupakan jalan orang-orang shaleh terdahulu serta sumber untuk meraih kedekatan dengan Tuhan. Amalan ini akan menjaga seseorang terhindar dari dosa serta menghilangkan kebiasaan buruk dan menjaga seseorang terhindar dari penyakit fisik. Masih Mau’ud as bersabda jemaat kita hendaknya mendirikan shalat tahajjud. Jemaat kita hendaknya secara dawam mendirikan shalat  tahajjud. Paling tidak mereka harus mendirikannya sebanyak 2 rakaat. Hal ini perlu mendapatkan perhatian!
Hadhrat Masih Mau’ud mengambil bai’at agar kita senantiasa menyampaikan shalawat kepada Baginda Nabi saw. Baginda Nabi saw bersabda: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا. ‘Man shalla ‘alayya shalaatan shallAllahu ‘alaihi bihaa ‘asyran’ – “Allah akan mengirimkan rahmatnya 10 kali lipat kepada orang yang mengirimkan shalawat kepadaku.”
فعَن عُمَرَ بن الخَطَّابِ قَالَ: إنَّ الدُّعاءَ مَوقُوفٌ بَينَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّي عَلَى نَبِيِّكَ. (الترمذي)
Dari Hadhrat Umar ra, beliau saw bersabda: Doa akan ditangguhkan di antara langit dan bumi, maka tidak akan ada doa akan disampaikan (kepada Allah Ta’ala) hingga shalawat dikirimkan bagi Nabi kalian.
Janji selanjutnya yang kita ambil adalah agar kita akan senantiasa secara dawam membaca istighfar (mohon ampunan) atas segala dosa kita.
فقد قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ. (أبو داود)
Baginda Nabi saw bersabda bahwa Tuhan memberikan jalan keluar dari berbagai kesulitan menjadi kebahagiaan bagi seseorang yang secara terus menerus beristighfar serta memberinya sarana yang tak disangka-sangka. Masih Mau’ud bersabda: beberapa orang sadar akan dosa sementara yang lainnya tidak. Inilah kenapa Allah Ta’ala telah selalu menyuruh agar senantiasa beristighfar. Jadi, seseorang beristighfar bagi segala dosanya baik yang nyata maupun tersembunyi, baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Dengan demikian, hendaknya maksud dari istighfar senantiasa menjadi perhatian kita.
Janji selanjutnya adalah agar kita akan selalu ingat akan nikmat-nikmat-Nya. Nikmat terbesar adalah bahwa Dia memungkinkan kita menerima Imam zaman. Jika kita sadar akan nikmat ini, maka kita akan tertarik untuk menjalin hubungan yang tulus dengan Masih Mau’ud as serta akan tertarik untuk mengamalkan ajarannya.
Kita juga berjanji agar senantiasa memuji serta menyanjung Tuhan. Baginda Nabi saw bersabda,
قَالَ رَسُولُ اللهِ  كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدِ أَقْطَعُ. ثم قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُر اللَّهَ.    (مسند أحمد)
 bahwa sesuatu yang dimulai tanpa pujian serta sanjungan terhadap Tuhan tidak akan diberkati dan tidak akan efektif. Dan seseorang yang tidak bersyukur setelah menerima sesuatu meskipun sedikit, berarti juga tidak akan bersyukur ketika memperoleh sesuatu yang besar. Dan seseorang yang tidak bersyukur/ berterima kasih kepada orang-orang, berarti juga tidak bersyukur pada Allah Ta’ala. Dengan demikian, kita hendaknya menyanjung Allah Ta’ala dengan cara kita juga berterima kasih terhadap makhluknya.
Kita juga berjanji untuk tidak akan mendatangkan kesusahan kepada makhluk-Nya. Kita juga berjanji secara khusus untuk tidak menyebabkan kesusahan bagi umat Islam karena dorongan hawa nafsu serta akan memberikan maaf sebanyak banyaknya. Namun, ketika situasinya tak dapat ditahan lagi dan orang-orang melampaui batas melakukan penganiayaan, maka kita akan memberitahukan keadaan ini kepada pihak berwenang. Hal ini dilakukan demi adanya perbaikan dan tidak akan menimbulkan rasa permusuhan dan dendam pribadi. Perubahan akan dilakukan oleh orang-orang yang berwenang dan tidak akan menimbulkan dendam pribadi. Namun hendaknya seseorang bersikap rendah hati dan lemah lembut.
Kita juga telah berjanji bahwa kita akan tetap beriman kepada Allah Ta’ala dalam kondisi apapun. Baginda Nabi saw bersabda:
فقد ورد في حديث قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
 Segala perihal seorang mukmin sejati adalah sangat luar biasa. Apapun yang dilakukannya penuh berkat. Karunia ini hanya khusus bagi mukmin sejati. Ketika dia menerima kebahagiaan, kesenangan dan kemakmuran, dia senantiasa bersyukur kepada Allah dan rasa syukurnya itu juga mendatangkan berkat yang lebih besar lagi bagi dirinya. Ketika dia merasakan kesakitan, kesulitan dan kehilangan, dia akan bersabar dan sikap ini juga akan menjadi sumber karunia serta berkat baginya karena dia diberi karunia atas kesabarannya itu. Sungguh, seorang mukmin sejati berlari kearah Tuhan dalam segala situasi. Dengan cara ini, maka janji kita untuk senantiasa menerima kepedihan serta penghinaan di jalan Tuhan akan terpenuhi. Masih Mau’ud as bersabda: Mereka yang merupakan milikku, tidak dapat dipisahkan dariku; baik karena adanya permasalahan dan penganiayaan oleh orang-orang maupun karena adanya ujian dan cobaan samawi. Kita akan senantiasa bersama Masih Mau’ud as karena Allah Ta’ala dan akan berusaha untuk tidak akan pernah peduli terhadap segala macam penghinaan atau kesakitan di jalan ini. Ini adalah janji kita.
Kita juga berjanji ketika bai’at untuk tidak akan mengikuti adat kebiasaan yang tidak Islami. Baginda Nabi saw bersabda, مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ. (البخاري)  jika seseorang mulai melakukan adat kebiasaan atas nama agama yang tidak ada hubungannya dengan agama, maka adat kebiasaan itu dikutuk dan tidak dapat diterima. Kita hendaknya sangat waspada terhadap hal ini. Banyak adat pernikahan yang salah telah dibuat yang hendaknya dihindari oleh para Ahmadi dan hendaknya kita tidak membiarkan diri kita terpengaruh oleh apa yang terjadi di sekeliling kita. Hadhrat Khalifatul Masih telah menjelaskan hal ini secara detail sebelumnya. Sekretaris tarbiyyat dan lajnah hendaknya senantiasa mengangkat masalah ini setiap saat sehingga anggota jemaat terlindungi dari masalah-masalah ini.
Janji lanjutnya adalah agar menahan diri dari godaan hawa nafsu. Masih Mau’ud as bersabda: “Surga merupakan tempat bagi orang yang takut berdiri dihadapan Tuhan dan yang menekan hawa nafsunya. Kecendrungan untuk tidak menuruti hawa nafsu menjadikan seserorang benar-benar mengabdikan dirinya kepada Allah. Melalui hal ini, seseorang senantiasa memperoleh keridhoan ilahi serta meraih surga-Nya di dunia ini juga.
Janji selanjutnya yakni benar-benar menjunjung tinggi perintah Al-Quran. Masih Mau’ud as bersabda: Tetaplah waspada dan janganlah mengambil satu langkah yang bertentangan dengan ajaran Tuhan dan Alquran. Saya berkata kepada kalian dengan sesungguh-sungguhnya bahwa seseorang yang menghindari satu dari 700 perintah yang ada dalam alquran, berarti dia menutup pintu keselamatan dengan tangannya sendiri.
Kita berjanji bahwa kita akan menjadikan setiap perkataan Tuhan dan Baginda Nabi saw sebagai dasar yang akan membiming kita. Masih Mau’ud as bersabda: Kita hanya mempunyai seorang Nabi dan satu Al-Quran yang disampaikan kepada Nabi saw dan dengan mengikutinya, kita dapat menemukan Tuhan.
Kita juga berjanji untuk seutuhnya menghilangkan kesombongan serta keangkuhan. Masih Mau’ud as bersabda: “Saya berkata dengan sesungguh-sungguhnya bahwa pada hari pembalasan, setelah syirik tidak akan ada yang lebih terkutuk daripada keangkuhan. Kutukan seperti ini yang akan mempermalukan seseorang di dua dunia.” Ini merupakan hal serius yang perlu diperhatikan. Beliau as kembali bersabda: “Saya menasehati jemaat saya untuk menghindari keangkuhan karena keangkuhan sungguh dibenci dalam pandangan Allah”
Janji lain yang kita ambil adalah untuk mengadopsi sifat kerendahan hati. Nabi saw (damai dan berkah Allah padanya) mengatakan: مَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ دَرَجَةً رَفَعَهُ اللَّهُ دَرَجَةً حَتَّى يَجْعَلَهُ فِي عِلِّيِّينَ. (مسند أحمد) ‘man tawadhdha’a liLlaahi darajatan rafa’ahuLlahu darajatan hatta yaj’alahu fi ‘illiyyiin.’ Barangsiapa mengadopsi kerendahan hati dan kelemahlembutan demi Allah maka ia akan ditinggikan oleh Allah begitu banyak sehingga dia diberikan tempat di derajat tertinggi Firdaus (Surga).
Kita juga berjanji untuk selalu tetap bahagia (ceria). Hendaknya selalu diperhatikan oleh setiap orang.
Kita juga berjanji untuk menjalani hidup kita dengan penuh kesabaran dan kelembutan. Masih Mau’ud as bersabda: Jika kalian ingin menemukan Allah Ta’ala, maka lihatlah ke dalam hati orang-orang yang lemah lembut.
Hadhrat Masih Mau’ud as mengambil janji agar kita akan berpegang teguh pada keimanan dan mencintai Islam lebih daripada jiwanya, harta bendanya dan kehormatannya sendiri.
Janji selanjutnya adalah selalu menaruh belas kasih terhadap makhluk Tuhan karena-Nya. Masih Mau’ud as bersabda: Ingatlah, Allah Ta’ala mencintai keshalehan serta berharap bahwa makhluknya diberikan belas kasih. Mereka yang memiliki hubungan dengan saya hendaknya ingat agar bersikap belas kasih terhadap setiap orang terlepas dari agama yang dianutnya serta bersikap baik terhadap setiap orang tanpa perbedaan karena ini merupakan apa yang Al-Quran ajarkan.
Janji selanjutnya adalah agar berusaha mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya. Masih Mau’ud as bersabda bahwa umat manusia memiliki banyak kebutuhan dan karena berbagai alasan, beberapa orang bergantung dengan yang lain. Hendaklah seseorang berusaha dengan setulus-tulusnya, tanpa pamrih dan dengan hasrat sejati untuk memberikan manfaat bagi umat manusia sebanyak mungkin semata-mata karena Allah Ta’ala. Hendaknya seseorang membantu orang yang membutuhkan dengan kemampuan yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadikan hidup mereka lebih baik di dunia dan di akhirat.
Hadhrat Masih Mau’ud as mengambil bai’at agar, demi Allah Ta’ala, kita akan menjalin suatu ikatan yang mesra dengan Masih Mau’ud as, berjanji untuk senantiasa taat dan setia kepada beliau as karena tidak akan ditemukan hubungan serta ikatan duniawi yang seperti ini yang meminta ketaatan murni. Yakni, kita akan mentaati beliau as dalam segala hal yang telah beliau nasehatkan kepada kita demi kemajuan kita sendiri dan yang disampaikan kepada kita para khalifah beliau setelah beliau as wafat. Hal ini adalah untuk menegakan syariah dan didasarkan pada firman di dalam al-Quran, sabda Baginda Nabi saw dan sunnah beberkat beliau saw. Tanpa hal ini, kita tidak akan mengalami kemajuan dan tidak pula kita akan bersatu.
Kita perlu mengintrospeksi diri sejauh mana kita telah memenuhi janji kita tahun lalu dan jika ada kekurangan-kekurangan, bagaimana kita dapat memperbaikinya di tahun ini. Masih Mau’ud as bersabda: “Hanya orang yang bergabung ke dalam Jemaat kita lah yang manjadikan ajaran kita sebagai petunjuk baginya serta mengamalkannya sesuai dengan kemampuan dan usahanya.”
Semoga Allah Ta’ala mengampuni kelemahan kita di tahun lalu dan memungkinkan kita untuk berusaha semaksimal mungkin di tahun ini untuk membentuk kehidupan kita sesuai dengan harapan Masih Mau’ud as.
Shalat jenazah ghaib setelah shalat Jumat untuk dua orang Ahmadi yang wafat diumumkan. Pertama; ialah Tn. Luqman Shahzad Syahid yang disyahidkan di daerah Gujranwala, Pakistan pagi-pagi sekali setelah shalat shubuh pada 27 Desember 2014. Syahid merupakan satu-satunya Ahmadi di keluarganya dan bai’at pada tahun 2007. Sebelum bai’at, beliau bertemu dengan orang-orang Ahmadi di sekitar tempat tinggalnya dan menjalin kontak yang mendalam. Beliau mulai menonton MTA, khususnya khutbah jumat yang membawanya menjadi seorang Ahmadi. Beliau menghadapi pertentangan yang luar biasa serta upaya keras dikerahkan untuk memintanya keluar dari Ahmadiyah. Akan tetapi beliau tetap bersabar. Suatu kali, paman beliau membawa beliau ke mesjid lokal dimana para mullah mencoba untuk membujuknya untuk meninggalkan Ahmadiyah. Dalam desakan mereka, Syahid berkata, “Jika mereka dapat memberikan alasan serta bukti, maka beliau akan menolak Ahmadiyah.” Mullah tersebut menjawab, ”Tidak ada waktu untuk berdebat, cukup tolak saja.” Syahid tersebut tidak setuju. Mereka semua memukulinya hingga menciderai tulang punggungnya serta membawanya di atas motor kemudian memenjarakannya di sebuah kandang hewan. Mereka melepaskannya hanya karena ibunya berkali-kali memohon kepada pamannya. Syahid kemudian dipaksa dikirim ke ayahnya di Saudi Arabia sehingga beliau dapat jauh dari Ahmadiyah. Beliau juga dianiaya di Saudi Arabia. Ketika disana, beliau mencari Ahmadiyah di Saudi Arabia dan dengan gembira menjalin hubungan dengan Jemaat di sana. Beliau juga naik haji di Saudi Arabia. Beliau kembali ke Pakistan 3 tahun kemudian dan mulai bekerja di sana.
Pada tanggal 26 November 2014, sebuah konferensi Khatm e Nubuwwat diadakan di wilayahnya yang dihadiri oleh mereka yang dikenal sebagai mullah dari seluruh negeri yang menyebarkan fatwa Ahmadi ‘layak untuk dibunuh’ serta secara khusus menghasut orang-orang untuk menentang Luqman Syahid. Pada 27 Desember 2014 ketika beliau pulang shalat shubuh, para penentang menyerang beliau. Beliau segera dibawa ke rumah sakit akan tetapi meninggal di perjalanan.
Syahid lahir pada 5 April 1989. Beliau merupakan seorang yang jujur, shaleh, ceria, dan suka bermasyarakat. Beliau merupakan pemuda Ahmadi yang sangat setia. Dan di akhir hidupnya, beliau berkhidmat sebagai sekretaris mal lokal. Beliau sangat gemar tabligh dan berkata bahwa beliau akan sangat bahagia jika semua keluarganya menjadi Ahmadi. Semoga Allah Ta’ala mengangkat derajat Syahid dan menganugerahkannya tempat terbaik di Surga dan memungkinkan keluarganya untuk menerima Ahmadiyah.
Jenazah kedua; Shahzade Satanos dari Macedonia meninggal pada 19 November 2014 pada umur 49 tahun. Beliau menerima Ahmadiyah pada tahun 1996, beberapa bulan setelah suaminya. Mereka telah menikah selama 11 tahun namun belum dikaruniai seorang anak. Tn. Syahid (Ahmadi yang menablighi mereka) mengirim surat kepada Hadhrat Khalifatul Masih IV rha meminta agar beliau mendoakan mereka dan Tuhan menganugerahkan mereka seorang anak laki-laki.
Para Muslim Ahmadi mengalami banyak penentangan setelah masuk Ahmadiyah. Namun Shehzade Satanos tetap sabar dan memeluk keimanan dengan kuat. Beliau tidak mengenal shalat sebelum menerima Ahmadiyah, namun secara bertahap menjadi seorang Muslim yang sangat aktif dan sangat senang mengikuti program lajnah serta membaca buku-buku Ahmadi dalam bahasa lokal.
Kita tidak memiliki pusat jemaat di Makedonia. Oleh karena itu, jasad beliau dibawa oleh keluarganya ke Masjid non Ahmadi di sana untuk dimandikan. Mereka mengambil jasadnya dan menyalatkannya di kalangan mereka sendiri. Mereka membuat kegaduhan ketika diminta oleh keluarganya untuk mengembalikannya dan hendak melakukan penyerangan terhadap mereka. Suaminya menunjukan kesabaran serta ketabahan yang luar biasa mengenai hal ini, tidak melawan dan kemudian sebisanya menghindari kekacauan. Para Ahmadi tidak dapat mendirikan shalat jenazah hadir untuk beliau dan mereka melakukannya secara gaib. Semoga Allah Ta’ala mengampuni beliau dan mengangkat derajatnya serta terus meningkatkan keluarganya dalam hal keikhlasan dan kesetiaan terhadap Jemaat. Aamiin.
Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman

0 komentar:

Post a Comment