Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday 12 February 2015

GANJARAN DIDAPAT SESUAI DENGAN QURUB (KEDEKATAN) DENGAN ALLAH TA’ALA

”Aku sudah berkali-kali mengatakan, bahwa sejauh mana seseorang itu memperoleh kedekatan, maka sejauh itu pula dia akan mendapatkan perhitungan (ganjaran). Ahli-bait pun dahulu memiliki nilai yang besar dalam memperoleh perhitungan (ganjaran). Orang-orang yang jauh, mereka tidak layak untuk memperoleh perhitungan (ganjaran). Namun kalian harus, sebab jika kalian tidak memiliki keimanan yang lebih baik daripada mereka, maka apalah bedanya antara kalian dengan mereka?

Kalian berada dibawah pemantauan ribuan orang. Mereka bagaikan mata-mata pemerintah yang memperhatikan gerak-gerik kalian. Mereka benar. Tatkala para sahabat Masih a.s. sudah sewarna dengan para sahabah radhiallāhu ‘anhum, apakah kalian juga demikian? Jika kalian tidak demikian, maka kelian berada dalam keadaan terancam (bahaya).

Walaupun ini merupakan kondisi awal, namun kita tidak bisa memperhitungkan maut (kematian), sebab maut (kematian) adalah suatu mutlak yang dihadapi oleh oleh setiap orang. Jika memang demikian halnya, maka kenapa kalian teledor (lalai)? Kalau ada orang yang tidak menjalin hubungan denganku, itu lain masalahnya, akan tetapi tatkala kalian sudah datang kepadaku, kalian telah menerima pengakuanku serta mempercayai bahwa aku adalah Masih, maka seakan-akan kalian telah menyatakan bahwa kalian adalah sama seperti para sahabah mulia r.a..

Nah, apakah para sahabah r.a. pernah enggan untuk melangkah dengan penuh ketulusan dan kesetiaan? Apakah pada mereka terdapat kemalasan? Apakah mereka orang-orang yang menyakitkan hati? Apakah mereka tidak bisa mengendalikan dorongan-dorongan hati mereka? Bukankah mereka itu orang-orang yang senantiasa merendahkan diri? Bahkan di dalam diri mereka terdapat sikap merendahkan diri yang paling dalam sekali.

Maka berdoalah, semoga Allah Ta’ala memberi taufik seperti itu kepada kalian. Sebab tidak ada seorang pun dapat menjalani kehidupan yang hina serta rendah hati selama Allah Ta’ala tidak membantunya. Simaklah diri sendiri, dan seandainya kalian menemukan diri kalian lemah bagaikan seorang bayi maka jangan takut. Bagaikan para sahabah, teruslah panjatkan doa "Ihdinash-shirātal mustaqīm" (bimbinglah kami pada jalan yang lurus - Al-Fatihah, 6)”. 
 
(Malfuzhat, jld I, hlm. 44-45 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).

0 komentar:

Post a Comment