Nah, orang-orang yang tidak sabar akan berada di dalam belenggu setan. Jadi, orang mutaki pun harus berperang melawan ketidak-sabaran. Di dalam kitab Bustan ada diterangkan perihal seorang ‘ābid (orang yang senantiasa menyibukkan diri dalam beribadah – pent.), bahwa setiap kali dia beribadah maka Hatif (malaikat yang menyampaikan suara gaib – pent,) selalu menyeru bahwa, “Engkau tidak diterima dan ditolak.”
Suatu kali seorang muridnya mendengar suara tersebut lalu ia mengatakan, “Kini kan sudah diputuskan demikian, apa gunanya lagi bersikeras?” Sang ‘abid menangis tersedu-sedu dan berkata, “Ke mana lagi aku harus pergi meninggalkan Wujud Yang Mulia itu? Jika aku ini terkutuk, biarlah terkutuk. Ini suatu hal yang berharga bahwa aku dikatakan terkutuk.” Belum lagi pembicaraan dengan murid itu berakhir, datanglah suara yang mengatakan, “Engkau sudah dikabulkan.”
Jadi, ini semua adalah ketulusan dan kesabaran, yang merupakan syarat untuk menjadi mutaki (orang yang bertakwa).
(Malfuzat, jld I, hlm. 24 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Suatu kali seorang muridnya mendengar suara tersebut lalu ia mengatakan, “Kini kan sudah diputuskan demikian, apa gunanya lagi bersikeras?” Sang ‘abid menangis tersedu-sedu dan berkata, “Ke mana lagi aku harus pergi meninggalkan Wujud Yang Mulia itu? Jika aku ini terkutuk, biarlah terkutuk. Ini suatu hal yang berharga bahwa aku dikatakan terkutuk.” Belum lagi pembicaraan dengan murid itu berakhir, datanglah suara yang mengatakan, “Engkau sudah dikabulkan.”
Jadi, ini semua adalah ketulusan dan kesabaran, yang merupakan syarat untuk menjadi mutaki (orang yang bertakwa).
(Malfuzat, jld I, hlm. 24 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
0 komentar:
Post a Comment