Ahmadiyya Priangan Timur

.

Wednesday 18 February 2015

KEBERHASILAN-KEBERHASILAN DUNIAWI

“Keberhasilan duniawi tidak kosong dari cobaan. Di dalam Al-Quran suci tertera:

 Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kamu” – Al-Mulk, 3  

Yakni, kematian dan kehidupan telah diciptakan untuk menguji kamu. Keberhasilan dan kegagalan pun adalah persoalan antara hidup dan mati. Keberhasilan adalah semacam kehidupan. Apabila seseorang memperoleh berita keberhasilan dirinya maka di dalam dirinya timbul kehidupan, seolah-olah dia memperoleh kehidupan baru. Dan bila datang berita kegagalan maka orang hidup itu menjadi mati, dan kadang-kadang orang yang sangat lemah hatinya menjadi binasa.

Hal ini pun hendaknya diingat, bahwa kehidupan dan kematian biasa adalah suatu perkara yang mudah, tetapi kehidupan dan kematian jahannami (neraka) adalah sesuatu yang paling sulit. Seseorang yang aktif penuh upaya, setelah mengalami kegagalan akan menjadi berhasil dan lebih gesit lagi, dan keimanannya terhadap Allah Ta’ala semakin bertambah. Dia merasakan suatu kenikmatan tatkala dia merenungkan, “Bagaimana Tuhan-ku.” Dan keberhasilan dunia menjadi satu faktor untuk mengenal Tuhan.

Bagi orang-orang demikian keberhasilan-keberhasilan dunia menjadi suatu sarana untuk meraih keberhasilan hakiki, yang dalam istilah Islam disebut falah (kesuksesan). Aku katakana dengan sebenarnya kepada kalian, kebahagiaan sejati dan ketentraman hakiki sama sekali tidak ada pada dunia maupun pada benda-benda dunia! Kenyataannya adalah, jika menyaksikan seluruh bagian dunia sekali pun manusia tidak akan dapat meraih kebahagiaan sejati dan abadi.

Lihatlah olah kalian, orang-orang kaya yang menyimpan banyak harta, setiap saat mereka selalu tertawa. Namun keadaan mereka bagai seseorang yang menderita sakit eksim (gatal-gatal), dia mendapat ketentraman dengan menggaruk-garuknya. Namun apa dampak akhir [dari menggaruk-garuk] gatal-gatal itu? Ialah keluarnya darah.

Jadi, janganlah gembira sedemikian rupa atas keberhasilan-keberhasilan duniawi dan yang sementara itu, sehingga kalian akan menjadi jauh dari keberhasilan hakiki, melainkan jadikanlah keberhasilan-kebarhasilan itu sebagai sarana untuk mengenal Allah. Jangan lupa daratan (sombong) atas kegigihan dan upaya kalian, dan jangan menganggap bahwa keberhasilan ini merupakan buah suatu kemampuan dan kerja keras kalian, melainkan renunkanlah, bahwa “Tuhan Yang Maha Pengasih itulah Yang tidak pernah menyia-nyiakan kerja keras sejati seseorang. Dia telah memberikan buah atas kerja kerasa kami.” Jika tidak, apakah kalian tidak menyaksikan bahwa ratusan pelajar ada yang tidak lulus dalam ujian-ujian? Apakah mereka sebelumnya tidak bekerja keras dan benar-benar bodoh serta tolol? Tidak, justru sebagian ada yang cerdas dan pintar sedemikian rupa, sehingga jika dibandingkan dengan anak-anak umumnya mereka itu lebih pintar.

Oleh karena itu adalah wajib dan mutlak agar orang mukmin melakukan sujud syukur di hadapan Allah Ta’ala akan setiap keberhasilan, sebab Dia tidak membiarkan kerja keras itu menjadi sia-sia. Akibat syukur tersebut kecintaan terhadap Allah Ta’ala semakin tinggi, dan keimanan menjadi bertambah. Bahkan tidak hanya itu, keberhasilan-keberhasilan lainnya pun akan dicapai, sebab Allah Ta’ala berfirman, “Jika kalian menyukuri nikmat-nikmat-Ku niscaya Aku akan melipatgandakan nikmat-nikmat itu, sedangkan kjika kalian menjadi orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat maka ingatlah kalian akan terjerat di dalam azab yang keras.” 

(Malfuzhat, jld. I, hlm. 154-155). 

0 komentar:

Post a Comment