Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 24 February 2015

KECINTAAN TERHADAP ALLAH TA’ALA

Namun syaratnya adalah terdapat kecintaan dan keikhlasan terhadap Allah Ta’ala. Kecintaan terhadap Allah adalah sesuatu yang menghanguskan kehidupan rendah (hina) manusia lalu menjadikannya sebagai seorang manusia yang baru dan bersih. Saat itu dia menjadi melihat sesuatu yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya, dan dia mendengar sesuatu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Ringkasnya, hidangan karunia dan berkat-berkat yang telah disediakan Allah Ta’ala bagi manusia, untuk meraihnya dan untuk memanfaatkannya, Allah Ta’ala juga telah menganugerahkan potensi-potensi (kemampuan-kemampuan). Sebab jika Dia hanya menganugerahkan potensi-potensi itu saja, tetapi tidak menyediakan sarana (bahan), maka itu pun merupakan suatu kekurangan. Atau, jika yang ada hanya sarana (bahan) tetapi potensi-potensi tidak diberikan maka apa gunanya? Namun tidak. Tidak demikian halnya. Dia telah menganugerahkan potensi-potensi, dan Dia juga telah menyediakan sarana-sarana (bahan).

Seperti halnya di satu sisi Dia telah menciptakan sarana (bahan) berupa makanan, di sisi lain Dia juga telah menyiapkan mata, lidah, gigi, lambung, hati untuk tugas tersebut. Dan tumpuan semua pekerjaan itu diletakkan pada makanan. Jika di dalam perut tidak ada sedikit pun, maka dari mana datangnya darah untuk jantung? Dan dari mana timbulnya gizi?

Demikian juga, pertama-tama Allah Ta’ala telah memberikan karunia ini, yakni mengutus Rasulullah saw. dengan memberikan kepada beliau Islam yang merupakan agama sempurna. Dan beliau saw. dinyatakan-Nya sebagai Khātamun Nabiyyīn. Dan Dia telah menganugerahkan Quran Syarif yang merupakan Kitab yang penghabisan -- yakni sesudahnya dan hingga Kiamat tidak akan ada Kitab lain, dan tidak pula ada nabi baru yang akan membawa syariat baru -- kemudian, potensi pikiran dan renungan yang ada, jika kita tidak memanfaatkannya serta tidak melangkahkan kaki ke arah Allah Ta’ala maka betapa kita merupakan orang yang malas dan tidak bersyukur.

Renungkanlah, di dalam surah pertama [Al-Quran] ini, betapa Dia telah memberitahukan jalan karunia yang sangat lapang. Di dalam surah itu – yang dinamakan Khātimul Kitāb dan Ummul Kitāb – dengan jelas diberitahukan apa yang menjadi tujuan hidup manusia dan jalan apa untuk meraihnya? "Iyyāka na'budu – [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah]" (Al-Fatihah:5). Itu merupakan tujuan dan maksud hakiki bagi manusia. Dan hal itu diterangkan lebih dahulu dari "Iyyāka nasta'īn – [hanya kepada Engkau-lah kami meminta pertolongan]" (Al-Fatihah:5), hal itu menunjukkan bahwa, pertama-tama yang paling penting adalah sejauh kemampuan, asa, dan pemahaman yang dimiliki manusia, hendaknya manusia berusaha dan berjuang keras menempuh perjalanan keridhaan Allah Ta’ala, dan memanfaatkan sepenuhnya potensi-potensi anugerah Allah Ta’ala, dan sesudah itu barulah memanjatkan doa untuk kesempurnaan dan perolehan hasilnya yang baik”. 
 
(Malfuzhat, jld. I, hlm. 353-354).

0 komentar:

Post a Comment