Maksud dan tujuan hidup manusia adalah menempuh shirāthal mustaqīm (jalan lurus) dan mencarinya. Yaitu yang telah diterangkan di dalam surah ini sebagai berikut: "Ihdinash shiraathal mustaqiim shiraathal ladziina an'amta 'alaihim" -- Wahai Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka” (Al-Fatihah, 6-7).
Ini adalah tujuan doa yang yang dipanjatkan di dalam setiap salat dan setiap rakaat. Pengucapan doa ini sekian banyak kali menunjukkan betapa pentingnya doa in. Jemaatku hendaknya ingat, ini bukanlah hal yang biasa. Dan tujuannya bukannya sekedar mengucapkannya begitu saja dari mulut bagai burung beo, melainkan doa ini merupakan sebuah resep yang mujarab dan resep yang tidak akan meleset, untuk menjadikan manusia sebagai insan kamil (manusia sempurna). Doa ini hendaknya harus dijadikan sebagai motto utama setiap saat. Dan hendaknya selalu diingat seperti jimat.
Di dalam ayat ini dipanjatkan doa untuk meraih empat macam kesempurnaan. Jika manusia meraih keempat macam kesempurnaan ini berarti dia telah memenuhi hak (tujuan) pemanjatan doa dan penciptaan manusia. Dan juga akan terpenuhi hak untuk memanfaatkan potensi-potensi serta kemampuan yang telah dianugerahkan kepadanya.
Hal ini hendaknya jangan pernah dilupakan, bahwa sebagian isi Al-Qurabn Syarif memberikan penafsiran dan penjelasan terhadap sebagian isi lainnya. Di satu tempat jika suatu perkara itu dipaparkan secara garis besar saja, maka di tempatt lain perkara itu dipaparkan secara terbuka.
Jadi, penjelasan kedua menafsirkan penjelasan pertama. Jadi, di sini dimana Dia berfirman: "Shiraathal ladziina an'amta 'alaihim – (jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka” – Al-Fatihah, 7), itu merupakan bentuk garis besar. Namun di tempat lain dipaparkan tafsir mengenai orang-orang yang telah memperoleh nikmat (anugerah) tersebut:
“Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqiin, syuhada (saksi-saksi), orang-orang salih” - An-Nisa, 70
Yakni, orang-orang yang telah memperoleh anugerah itu terdiri dari empat macam: nabi, shiddiq, syahid, dan salih. Keempat kemuliaan ini terkumpul di dalam diri para nabi, sebab [nabi] itu merupakan kesempurnaan yang tertinggi
Merupakan kewajiban setiap manusia untuk berusaha keras melakukan upaya gigih – sesuai cara yang telah diperlihatkan oleh Rasulullah saw. – guna meraih kesempurnaan-kesempurnaan tersebut.”
(Malfuzhat, jld. I, hlm. 355).
0 komentar:
Post a Comment