Ahmadiyya Priangan Timur

.

Wednesday 18 February 2015

MENJAGA NAMA BAIK

“Seseorang yang memperlihatkan kepada tetangganya perubahan akhlak – yakni sebelumnya dia lain, dan sekarang dia sudah lain lagi – bererti dia memperlihatkan suatu karamah akhlak. Pengaruhnya besar sekali terhadap tetangga. Orang-orang mengecam Jemaatku, bahwa aku tidak mengetahui apa kemajuan yang sudah terjadi. Dan mereka melontarkan tuduhan tuduhan bahwa [warga Jemaat] tenggelam dalam kedustaan dan kemarahan serta kemurkaan.

Bukankah hal ini bagi [warga Jemaat] merupakan satu hal yang disesali, yakni orang-orang masuk ke dalam Jemaat ini karena menganggapnya bagus, seperti halnya seorang anak baik yang menampilkan nama baik ayahnya? Sebab orang yang baiat adalah bagaikan anak, karena itulah istri-istri Rasulullah saw. disebut ummahatul-mukminin (para ibu orang-orang beriman). Rasulullah saw. merupakan ayah bagi orang-orang mukmin. Ayah jasmani membawa kita ke bumi dan menyebabkan timbulnya kehidupan zahiriah, namun ayah ruhani membawa kita ke Langit dan membimbing kita ke tujuan utama yang sebenarnya.

Apakah kalian suka apabila ada anak yang menodai nama baik ayahnya? Anak itu pergi ke tempat perempuan-perempuan kotor, dan dia bergaul ke sama ke mari, dia minum arak atau melakukan perbauatan-perbuatan buruk yang menodai nama baik ayahnya? Aku tahu, tidak ada yang menyukai perbuatan itu. Namun tatkala anak yang tidak meneruskan [nama baik sang ayah] tersebut berbuat demikian, maka mulut orang-orang tidak akan dapat ditutup. Orang-orang akan mengingatkan hal itu kepada ayahnya, dan mengatakan, “Ini anak si fulan, dia berbuat buruk.” Jadi, anak itu dengan sendirinya menjadi faktor yang menimbulkan noda pada nama baik ayahnya. 

Demikian pula, tatkala seseorang bergabung dalam suatu Jemaat dan dia tidak menjaga keagungan serta kehormatan Jemaat itu serta melakukan hal-hal yang bertentangan, maka dia pada pandangan Allah akan ditangkap. Sebab dia tidak hanya menjerumuskan dirinya dalam kebinasaan, tetapi juga dia menjadi contoh buruk bagi orang-orang lain dan mengakibatkan orang-orang luput dari keberuntungan dan hidayah (petunjuk).

Jadi, sejauh kemampuan yang kalian miliki, mintalah bantuan dari Allah Ta’ala, dan berusahalah menjauhkan kelemahan-kelemahan kalian melalui segenap kekuatan dan kemampuan kalian. Apabila kalian tidak berhasil, tengadahkanlah tangan dengan jujur dan penuh yakin, sebab tangan yang ditengadahkan dengan khusyuk, yang digerakkan dengan jujur dan penuh yakin, tidak akan kembali dengan hampa. Aku katakan berdasarkan pengalaman, bahwa ribuan doaku telah dikabulkan, dan masuk terus dikabulkan.

Ini adalah suatu hal yang pasti, jika seseorang tidak memiliki gejolak solidaritas (kepedulian) bagi sesama manusia berarti dia itu kikir. Jika aku melihat suatu jalan yang di dalamnya terletak kebaikan dan khctir(???). maka adalah kewajibanku untuk berteriak memberitahukannya kepada orang-orang. Hendaknya jangan peduli apakah ada yang mengamalkannya atau tidak.” 

(Malfuzhat, jld. I, hlm. 146-147).

0 komentar:

Post a Comment