Ahmadiyya Priangan Timur

.

Monday, 23 February 2015

PENDERITAAN

Tidak ada satu penderitaan pun yang melanda selama belum ada keputusan Langit. Walaupun penderitaan-penderitaan juga dialami oleh para nabi, tetapi itu timbul dalam corak kecintaan, dan di dalamnya terselubung semacam pelajaran yang ditampilkan melalui sikap dan perilaku kelompok suci para nabi ‘alaihimus-salam tersebut dalam menghadapi penderitaan-penderitaan itu. Dan ada penderitaan yang menimpa sebagian orang, tetapi itu merupakan akibat dari perbuatan-perbuatan mereka sendiri:

“dan arangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, 
niscaya dia akan melihatnya pula” – Al-Zilzal, 9 .

Jadi, wajib bagi manusia agar dia tetap bertaubat dan istighfar, dan dia harus senantiasa memeriksa jangan-jangan perbuatan buruk telah melampaui batas dan mengundang kemurkaan Allah Ta’ala.

Tatkala Allah Ta’ala melayangkan pandangan dengan karunia kepada seseorang, maka umumnya Dia menanamkan kecintaan terhadap orang itu di dalam kalbu-kalbu orang lain. Namun tatkala keburukan seorang manusia telah melampaui batas, pada saat itu begitu timbul iradah (kehendak) untuk menentangnya maka sesuai kehendak Allah Ta’ala hati orang-orang menjadi keras [terhadapnya].

Namun begitu dia menjatuhkan diri di hadapan singgasana Ilahi dan dengan bertaubat serta istighfar dia memohon perlindungan, maka dengan sendirinya timbul rasa-kasih di dalam diri orang-orang. Dan seorang pun tidak ada yang mengetahui bagaimana benih kecintaan terhadap orang itu sampai tersemai di dalam kalbu orang-orang.

Ringkasnya, taubat dan istighfar adalah resep mujarab yang tidak akan meleset.”

(Malfuzhat, jld. I, hlm. .297-298).

0 komentar:

Post a Comment