Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 24 February 2015

PENTINGNYA MEMANFAATKAN POTENSI-POTENSI ANUGERAH ILAHI

”Banyak sekali orang yang menjalani kehidupan yang penuh dengan kebejadan dan kesenangan. Mereka menginginkan kebanggaan duniawi, kehormatan duniawi, dan harta kekayaan duniawi. Mereka menghabiskan umur mereka dalam upaya-upaya gigih dan pencarian-pencarian untuk memenuhi keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang semacam itu. Keinginan-keinginan mereka tidak ada habis-habisnya, sampai akhirnya datang panggilan maut (kematian).

Allah Ta’ala juga telah memberikan potensi-potensi (kemampuan) kepada mereka. Jika mereka memanfaatkan potensi-potensi tersebut tentu mereka akan menemukan kebenaran. Allah Ta’ala tidak bersikap pelit terhadap siapa pun. Namun orang-orang itu sendiri yang tidak memanfaatkan potensi-potensi tersebut. Itu adalah kesialan yang mereka pilih sendiri.

Sangat beruntung dan sangat beberkatlah orang yang memanfaatkan potensi anugerah Ilahi. Banyak sekali orang yang apabila dikatakan kepada mereka: "Takutlah kalian kepada Allah Ta’ala. Turutilah perintah-perintah-Nya. Jauhilah larangan-larangan-Nya,” maka mereka menjawab, "Apakah kami mau menjadi wali?"

Kalimat semacam itu menurutku adalah kalimat kufur. Itu merupakan prasangka buruk terhadap Allah Ta’ala. Tidak ada kekurangan sedikit pun pada Allah Ta’ala. Tidak seperti pemerintah, Dia tidak memiliki petugas-petugas yang terbatas, yang dapat habis, melainkan siapa saja yang menjalin hubungan-hubungan sejati dengan Allah Ta’ala, dia dapat meraih karunia-karunia yang telah dianugerahkan kepada orang-orang salih terdahulu.

Allah Ta’ala menamakan hamba-hamba kecintaan-Nya wali. Lalu apakah suatu kesulitan bagi Allah Ta’ala untuk menjadikan wali? Sama sekali tidak. Justru bagi-Nya hal itu sangat mudah. Yang diperlukan hanyalah manusia hendaknya melangkahkan kaki di jalan-Nya dengan benar, dan manusia harus menempuh jalan-Nya dengan sabar, teguh, dan setia. Langkahnya hendaknya tidak terganggu oleh suatu kedukaan, penderitaan, dan musibah apa pun.

Tatkala manusia menjalin hubungan yang sejati dengan Allah Ta’ala, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala serta dia menempatkan (?) kesucian dan kekudusan, dan menghindarkan diri dari hal-hal kotor, maka Allah Ta’ala juga akan menjalin hubungan dengannya serta menjadi dekat dengannya.

Namun jika seseorang menjauh dari Allah Ta’ala dan dia tidak berusaha untuk keluar dari kekotoran, maka Allah Ta’ala pun tidak akan peduli terhadapnya, sebagaimana Dia telah berfirman:

 Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka” – Ash-Shaf, 6
(Malfuzat, jld.I,hlm. 349-350).

0 komentar:

Post a Comment