Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 17 February 2015

TASHARRUFAT ILAHIAH

“Ya, ini benar, tidak ada yang dapat mengingkarinya, bahwa tasharrufat (penampakan baru) Allah Ta’ala tidak terbatas dan tidak terhitung banyaknya. Tidak mungkin untuk menghitung jumlahnya. Manusia semakin banyak menjalani ketakwaan dan upaya gigih, dia semakin dekat dengan Allah Ta’ala, dan sesuai dengan itu suatu corak tasharrufat tersebut akan turun kepadanya dan pintu pengenalan terhadap tasharrufat Allah Ta’ala akan terbuka baginya

Tampaknya tepat satnya untuk menerangkan tentang perkara ini, bahwa tasharrufat itu ada dua macam. Yang pertama dari segi makhluk dan yang kedua dari segi qurb (kedekatan). Satu bentuk tasharrufat yang berlaku pada para nabi adalah dari segi makhluk yang tampul dalam corak “ya’kukuth-tha’āma wa yamsyi fil aswāq – ia memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar” dan sebagainya. Sehat, sakit, dan sebagainya berada di dalam ikhtiar-Nya.

Sebuah tasharrufat yang baru adalah derajat-derajat qurb (kedekatan). Allah Taala sedemikian rupa dekat dengan mereka, sehingga mulailah timbul mukhātabat (percakapan) dan mukālamāt (pembicaraan) dengan mereka, dan doa-doa mereka pun memperoleh jawaban. Akan tetapi sebagian orang tidak mengerti, dan tidak hanya sebatas itu saja, bahkan lebih dari sekedar percakapan dan pembicaraan, yakni datang suatu masa dimana tirai Ketuhanan menerpa menyelimuti mereka, dan Allah Ta’ala mmeperlihatkan kepada mereka berbagai macam fenomena-fenomena Wujud-Nya. 

Tamsil (perumpamaan) yang tepat mengenai qurb (kedekatan) dan hubungan itu adalah seperti besi yang diletakkan di dalam api, maka besi itu pun akan terpengaruh dan tampak memerah seperti penggalan api. Pada saat itu di dalam besi tersebut terdapat cahaya seperti api, dan potensi membakar yang terdapat dalam sifat api pun timbul di dalamnya. Akan tetapi jelas bahwa besi itu bukanlah api dan bukan pula bagian dari api.” 

(Malfuzhat, jld. I, hlm. 118-119). 

0 komentar:

Post a Comment