“Sebelum kalian mengucapkan sesuatu, kalian harus memikirkan hal itu baik-baik dan memahami apa akibat yang akan terjadi dari ucapan itu. Kalian juga harus yakin, apakah Islam mengijinkan kalian mengucapkan hal itu atau tidak? Kecuali kalau kalian telah memikirkannya dengan matang, kalian sebaiknya tidak perlu mengucapkan sesuatu. Lebih baik diam daripada jika berbicaa dapat menimbulkan kekacauan.
Tetapi juga tidak pantas bagi orang Mukmin untuk ragu-ragu menyatakan kebenaran. Dia tidak perlu memperhatikan ejekan orang-orang atau tidak perlu takut pada seseorang untuk mengucapkan kebenaran, atau memberi kesaksian demi kebenaran. Lihatlah Rasulullah saw. ketika beliau mendakwakan diri sebagai nabi, semua orang menentang beliau, tetapi beliau sama sekali tidak memikirkan penentangan itu, sampai-sampai ketika orang-orang menekan paman beliau, Abu Thalib, dan dia berkata kepada beliau mengenai hal itu, Rasulullah saw. mengatakan kepadanya secara gamblang, bahwa beliau tidak akan mundur dari menyampaikanm apa-apa yang beliau anggap benar, tidak peduli dia akan mendukung beliau atau tidak.
Demikian pula hal yang sangat penting, bahwa seseorang hendaknya tidak mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan Tuhan, juga penting bahwa seseorang harus berkata saat harus mengataan kebenaran: Ya’muruna bil-ma’rufi wa yanhawna ‘anil- munkar -- (mereka menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat jahat.).
Inilah hal yang perlu bagi seorang mukmin, bahwa sebelum seseorang menyuruh orang lain untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan, maka penting sekali baginya untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran, dia harus menunjukkan kemampuannya melakukan kebaikan, sehingga dia dapat mempengaruhi orang lain sebagaimana yang dia inginkan.
Perlu kalian catat, bahwa lidah tidak pernah dicatat untuk menyuruh orang lain melakukkan kebaikan dan menjauhi keburukan. Tentu saja seseorang harus memperhatikan kesempatan yang tepat dan harus menyampaikannya dengan cara yang sangat baik, dalam arti seseorang harus menyampaikan dalam kalimat yang sopan dan sederhana, sehingga dapat dipahami dengan mudah.
Perlu dicatat, bahwa adalah dosa besar jika berkata bertentangan dengan takwa.”
(Malfuzhāt, jld I, hlm. 404).
0 komentar:
Post a Comment