Ahmadiyya Priangan Timur

.

Sunday, 1 March 2015

MENDAHULUKAN KEAGUNGAN ILAHI DARIPADA KEINGINAN-KEINGINAN PRIBADI

Setiap orang memiliki suatu keinginan. Namun seseorang tidak dapat menjadi mukmin [hakiki] selama belum mendahulukan kegungan Allah Ta’ala daripada segenap keinginannya. Wali artinya yang dekat dan sahabat. Apa yang diinginkan oleh sahabatnya itu menjadi keinginannya, barulah dikatakan wali. Allah Ta’ala berfirman:

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” - Adz-Dzāriyyāt, 57 

Manusia hendaknya memiliki gejolak semangat untuk Allah Ta’ala maka barulah dia akan lebih baik dari sesama manusia, dan dia akan masuk di antara hamba-hamba-Nya yang memperoleh qurub (kedekatan).

Hendaknya janganlah seperti mayat. Jika suatu benda dimasukkan ke dalam mulut mayat dari satu sisi maka benda itu keluar lagi dari sisi lain. Seperti itu pulalah dalam kondisi bejad dan kalbu yang keras, maka tidak ada suatu benda baik pun yang dapat masuk ke dalam.

Ingatlah, tidak ada suatu ibadah dan sedekah yang dikabulkan selama belum ada gejolak semangat pribadi bagi Allah Ta’ala, yaitu gejolak semangat yang di dalamnya tidak ada campur tangan manfata dan keuntungan-keuntungan pribadi. Dan suatu semangat sedemikian rupa dimana orang itu sendiri tidak dapat mengetahui mengapa gejolak semangat itu sampai bisa timbul di dalam dirinya. 

Sangat diperlukan lahirnya orang-orang seperti ini dalam jumlah besar. Namun kecuali iradah (kehendak) Allah Ta’ala, tidak ada suatu apa pun yang dapat terjadi.” 

(Malfuzhat, jld. I, hlm. 396). 

0 komentar:

Post a Comment