“Perlu diingat, bahwa sebagian bagian Al-Quran menjelaskan sebagian yang lain, mereka seperti tafsir atas bagian yang lain. Sesuatu disebutkan secara singkat di satu tempat dan penjelasannya diberikan di tempat lain, seolah-olah itu adalah tafsir atas bagian yang menyebutkannya secara singkat:
(jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka). Satu hal telah dinyatakan selintas di sini, di tempat lain dinyatakan dengan terinci:
Yaitu: Nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syuhada (saksi-saksi), dan orang-orang salih” (An-Nisa, 70).
Mun’am ‘alaihim (orang-orang yang atas mereka diberi nikmat) ada empat jenis: para nabi, para shiddiq, para syahid (saksi-saksi), dan para salih. Keempat pangkat ini diberikan kepada seorang nabi, karena kenabian adalah kesempurnaan yang tinggi. Tugas manusialah untuk mencoba meraih pangkat-pangkat ini melalui cara-cara perjuangan yang benar, dia harus menempuh jalan yang ditunjukkan Rasulullah saw. melalui sunah-sunnah beliau saw.
Aku juga ingin menyampaikan kepada kalian, bahwa banyak orang yang merancang cara mereka sendiri untuk mencapai pangkat-pangkat ini, menyatu dengan Tuhan, tetapi sesungguhnya semua cara tersebut diluar yang diberikan Rasulullah tidak ada artinya. Pengalaman siapa berkenaan dengan mun’am ‘alaihim (orang-orang yang diberi nikmat) yang dapat lebih baik daripada milik Rasulullah saw. -- yang adalah kenabian yang sangat sempurna?
Jalan yang beliau lakukan adalah jalan yang paling sempurna dan paling singkat. Merancang jalan-jalan lain dan meninggalkan yang ini – betapa pun menyenangkannya tampaknya -- adalah berjalan sepanjang jalan kehancuran. Inilah yang telah diwahyukan Tuhan kepadaku.”
(Malfuzhat, jld. I, hlm. 340).
0 komentar:
Post a Comment