Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday 5 June 2014

HAZRAT UMAR (ra)

”Merupakan kudrat Allah Ta’ala, yakni Uamr r.a. yang pada satu masa ingin mensyahidkan (membunuh) Rasulullah saw., ternyata pada masa lain Umar itu sendiri yang telah mati syahid di dalam Islam. Betapa menakjubkan masa itu.

Ringkasnya, saat itu sudah terjadi kesepakatan bahwa Umar akan melakukan pembunuhan [terhadap Rasulullah saw.]. Setelah kesepakatan itu Umar terus mencari dan memata-matai Rasulullah saw.. Di malam hari ia keluar dan mencari peluang kalau beliau saw. seorang diri maka langsung akan ia bunuh.

Umar menanyakan kepada orang-orang kapan biasanya Rasulullah saw. sedang sendirian? Orang-orang mengatakan biasanya setelah lewat tengah malam beliau pergi ke Ka’bah dan biasanya melakukan salat di sana. Mendengar hal itu Umar pun sangat senang. Umar lalu datang ke Ka’bah dan bersembunyi.

Tidak berapa lama kemudian dari kegelapan terdengar suara “Laa Ilaaha illallaahu”, dan itu merupakan suara Rasulullah saw.. Mendengar suara itu Umar pun mengetahui bahwa beliau sedang datang dari arah [suara] tesebut. Umar pun hati-hati dan menyembunyikan diri. Umar bermaksud ketika Rasulullah saw. sedang sujud maka ia akan memenggal kepada beliau dengan pedang sehingga terlepas dari badan.

Begitu Rasulullah saw. tiba beliau saw. langsung memulai salat. Kemudian peristiwa selanjutnya diterangkan sendiri oleh Hadhrat Umar r.a.: “Rasulullah saw. sedang menangis-nangis memanjatkan doa di dalam sujud, dan saya mulai merasa gemetar, sampai-sampai Rasulullah saw. juga mengatakan: `Sajada laka ruuhii wa janaanii – wahai Junjungan-ku, ruhku dan kalbuku juga bersujud kepada-Mu.”

Hadhrat Umar r.a. mengatakan: “Mendengar doa-doa itu hati saya luluh. Akhirnya karena kehebatan kebenaran itu pedang pun sampai terlepas dari tangan saya. Dari kondisi Rasulullah saw. itu saya pun mengerti bahwa beliau itu benar dan pasti akan berjaya. Namun nafsu Ammarah itu memang sangat buruk, sehingga ketika beliau saw. sudah selesai salat dan keluar maka saya mengikuti beliau dari belakang.

Dari suara langkah saya beliau mengetahui. Saat itu malam gelap, Rasulullah saw. bertanya, “Siapa itu?” Saya pun menjawab, “Umar!” Beliau saw. bersabda, “Wahai Umar, engkau tidak menyia-nyiakan malam maupun siang [untuk mengejarku].” Saat itu saya mencium aroma wangi ruh Rasulullah saw., dan ruh saya merasakan bahwa Rasulullah saw. akan memanjatkan doa buruk bagi saya, maka saya pun mengatakan, “Yang Mulia, janganlah panjatkan doa buruk.”.

Hadhrat Umar mengatakan: “Saat dan detik itu merupakan saat dan dan detik Islam-nya saya, sampai akhirnya Allah Ta’ala memberi taufik kepada saya sehingga saya menjadi orang Islam” (Malfuzat, jld. II, hlm. 180-181).