“Jadi, ini adalah suatu nikmat, bahwa para wali dapat melihat malaikat-malaikat Tuhan. Kehidupan di alam akhirat hanyalah suatu keimanan (kepercayaan). Akan tetapi kehidupan akhirat itu diperlihatkan kepada orang mutaki di dunia ini. Di dalam kehidupan di dunia ini juga mereka menemukan Tuhan, melihat-Nya serta bercakap-cakap dengan-Nya.
Jadi, seandainya hal ini tidak dialami oleh seseorang, maka kematian dan kepergiannya dari dunia ini sangat buruk. Ada perkataan seorang wali, bahwa jika seseorang sepanjang umurnya tidak pernah mendapatkan mimpi yang benar maka kematiannya berbahaya, sebagaimana hal itu pun ditetapkan oleh Al-Quran sebagai tanda orang mukmin. Dengarlah, pada siapa tidak terdapat tanda ini maka di dalam dirinya tidak ada ketakwaan.
Jadi, kita semua hendaknya berdoa semoga kita memperoleh karunia berupa ilham, mimpi, dan kasyaf dari Allah Ta’ala, sebab itu adalah ciri khas orang mukmin, jadi [tanda] ini harus ada. Banyak lagi berkat-berkat lainnya yang diperolah orang mutaki. Misalnya, di dalam surah Al-Fatihah yang terdapat di awal Al-Quran, Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada orang-orang mukmin supaya mereka memanjatkan doa:
Yakni, “Tunjukkanlah kepada kami jalan lurus,, jalan orang-orang yang atas mereka terdapat nikmat dan karunia Engkau”.
Hal ini diajarkan supaya manusia – dengan menggalang semangat yang tinggi -- melaluinya dapat memahami kehendak Sang Khaliq (Pencipta). Dan kehendak-Nya itu adalah supaya umat ini jangan menjalani hidupnya seperti binatang, melainkan supaya segenap tabir-Nya terbuka.
Sebagaimana akidah orang-orang Syi’ah, bahwa setelah Imam yang keduabelas tidak ada lagi kewalian, maka bertentangan dengan itu melalui doa [Al-Fatihah] ini, bahwa dari sejak semula Tuhan telah memiliki iradah (kehendak), yaitu barangsiapa barangsiapa yang mutaki (bertakwa) serta sesuai dengan kehendak Tuhan, maka dia dapat meraih derajat-derajat yang diperoleh oleh para nabi dan sufi.
Dari doa ini pun dapat diketahui, bahwa manusia itu memperoleh kekuatan (kemampuan) yang sangat besar, yang akan menampakkan dirinya dan yang akan berkembang jauh. Yaa, seekor kambing dikarenakan bukan manusia maka kekuatannya (kemampuannya) tidak akan dapat berkembang.
Manusia yang memiliki semangat tinggi, ketika mendengar tentang keadaan para rasul dan nabi, menginginkan supaya bukan saja dia mempercayai anugerah-anugerah yang telah diperoleh oleh kelompok (jemaat) suci itu, melainkan supaya secara bertahap dia dapat memperoleh ilmul¬-yaqin, ‘ainul-yaqin dan haqul-yaqin akan anugerah-anugerah tersebut.” (Malfuzat, jld I, hlm 18-19 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
0 komentar:
Post a Comment